Penerapan
Perilaku SADARI sebagai Langkah Antisipasi Kanker Payudara
sumber : https://waroengsehat.com/cegah-kanker-payudara/
Dijaman yang serba modern ini semakin banyak
masyarakat yang kurang memperhatikan masalah kesehatan, baik darisegi kesehatan
badan, makanan maupun lingkungan.Terutama para wanita yang hobi dengan travelingatau jalan-jalan, mengonsumsi makanan fast food tidak sehat dan mengandung
banyak bahan-bahan kimia berbahaya serta kurangnya gaya hidup sehat dan
olahraga. Padahal kurangnya kepedulian tersebutdapat menyebabkan timbulnya
berbagai macam penyakit berbahaya yang bisa berujung pada kematian, salah
satunya adalah penyakit kanker.
Menurut WHO (2009) dalam Depkes (2014),
kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor
ganas dan neoplasma. Salah satu definisikankersebagaitumbuhnya sel-sel baru secara tidak
normal (abnormal) yang melampaui batas kenormalan dan dapat menyerang bagian
sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses tersebut disebut metastasis
dan metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan
jumlah penderita kanker terbanyak di dunia. Menurut Kementerian kesehatan menyatakan
bahwa 12 juta orang di dunia setiap tahunnya menderita kanker dan 7,6 juta
diantaranya meninggal dunia. Diperkirakan pula pada tahun 2030 keadaan tersebut
dapat meningkat hingga 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat
kanker. Selain itu, peningkatan yang lebih cepat terjadi di negara miskin dan
berkembang termasuk Indonesia (Depkes, 2014).Sedangkan menurut laporan dari Globocan
(2012) dalam Depkes (2014)memperkirakan bahwa insidens kanker di Indonesia akan
meningkat sebesar 134 per 100.000 penduduk. Pendapat ini tidak jauh berbeda
dengan hasil Riskesdas 2013 yang mendapatkan prevalensi kanker di
Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk.
Penyakit kanker adalah penyakit berbahaya
yang dapat menjadi penyebab kematian utama bagi penderita. Menurut Gale dan
Charette (2000), Penyakit kanker terdiri dari berbagai macam yaitu kanker paru,
kanker genitourinarius, kanker ginekologis, kanker kulit, kanker otak, kanker
payudara, dan lain sebagaianya. Namun yang menjadi pokok permasalahan sejumlah
orang di dunia saat ini adalah jumlah penderita kanker payudara yang menunjukkanpeningkatan
secara drastisdan menyebar terutama pada kaum perempuan dengan rentan usia
sangat muda hingga sangat tua.
Penyakit kanker payudara dapat disebabkan
oleh berbagai faktor meliputi faktor imun, kimia, virus, hormonal, mutasi,
hereditas dan radiasi. Penyebab kanker payudara dilihat dari faktor genetik
antara lain, jenis kelamin, usia senja, riwayat dalam keluarga, ras, masa
menstruasi dan reprodusi, perubahan gen, dan kepadatan payudara. Sedangkan
peyebab dari faktor lingkungan dan gaya hidup antara lain adanya radiasi,
kelebihan berat badan, implan payudara, mengonsumsi alkohol, dan melakukan
terapi penggantian hormon (Hormon
Replacement Therapy) (Rianti, Tirtawati, & Novita, 2012).
Kanker payudara adalah jenis kanker ganas
penyebab kematian yang penderitanya didominasi oleh wanitadengan tidak pandang
usia, bisa sangat muda bahkan tua. Menurut Gale dan Charette (2000) menegaskan
bahwa fase awal kanker payudara yaitu asimtomatik (tanpa ada gejala dan tanda).
Tanda atau gejala paling umum yaitu munculnya benjolan atau penebalan pada
payudara, kulit cekung (lesung), retraksi atau devisi puting susudan nyeri
tekan ataurabas yaitu mengakibatkan pendarahan pada puting. Kulit Peau
d’orange, kulit tebal dengan pori-pori menonjol dengan kulit berwarna seperti
jeruk dan ulserasi pada payudara merupakan tanda lanjut dari penyakit kanker
payudara. Keterlibatan nodul akan memungkinkan terjadinya pembesaran nodus
limfa aksilaris atau supraklavikula akan teraba di daerah leher. Tanda dan
gejala dari metastase yang luas meliputi nyeri pada bahu, punggung bagian bawah
atau pelvis, batuk menetap, anoreksia
atau berat badan menurun, gangguan pencernaan, penglihatan kabur, pusing dan
sakit kepala.
Penderita kanker payudara di Indonesia setiap
tahun diperkirakan akan terus meningkat 100 penderita baru per 100.000 penduduk
(Depkes, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa dari 237 juta penduduk, ada sekitar
237.000 penderita kanker baru setiap tahunnya. Sejalan dengan hal tersebut,
data empiris juga menunjukkan bahwa kematian akibat kanker dari tahun ke tahun
terus meningkat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2007, sekitar 5,7 % kematian semua umur disebabkan oleh kanker terutama kanker ganas.
Menurut Park
(2008), penderita penyakit kanker payudara di negara-negara Asia termasuk
Indonesia cenderung lebih muda dari negara-negara lain. Hal ini sesuai dengan Data
Globocan (2012)dalam Depkes (2014) yangmenyebutkan bahwa kanker payudara
merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus tertinggi yaitu 43,3 % dan
persentase yang mengakibatkan kematian sebesar 12,9 %. Selain itu, berdasarkan
data provinsi tahun 2013, prevalensi dan estimasi jumlah penderita kanker
payudara pada perempuan yaitu di Aceh sebesar 0,8 % (1869 orang), Jawa Tengah
0,7 % (11.511 orang), Jawa Barat 0,3% (6701 orang), DIY 2,4 % (4325 orang), Jawa
Timur 0,5 % (9688 orang), dan Bali 0,6 % (1233 orang). Dari data tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa secara nasional Provinsi D.I.Yogyakarta memiliki prevalensi
tertinggi untuk penyakitkanker, yaitu sebesar 4,1‰, sedangkan estimasi jumlah
penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan ProvinsiJawa Timur merupakan provinsi
dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang.
Di berbagai rumah sakit di Indonesia, pasien
dengan keluhan penyakit kanker payudara masih mendominasi bahkan berada di
posisi pertama. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) mengungkapkan bahwa
persentase pasien dengan penyakit kanker payudara di rumah sakit seluruh
Indonesia berada pada posisi pertama yaitu sebesar 16,85% dan disusul dengan
posisi kedua yaitu kanker serviks (leher rahim) sebesar 11,78% (YKI, 2012).
Melihat data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kanker payudara merupakan salah
satu penyakit berbahaya yang harus selalu diwaspadai, dicegah dan merupakan
masalah besar yang harus segera dicari solusinya dan diantisipasi sedini
mungkin. WHO (2009) dalam Nugrahini (2013) mengungkapkan bahwa 43% kanker sebenarnya
dapat dicegah. Kanker sebenarnya dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup
karena dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat dan menjauhkan diri dari
faktor risiko terserang kanker. Terjadinya penyakit kanker terkait dengan
beberapa faktor risiko, seperti kebiasaan merokok, menjadi perokok pasif,
kebiasaan minum alkohol, kegemukan, pola makan yang tidak sehat, perempuan yang
tidak menyusui, dan perempuan melahirkan di atas usia 35 tahun.
Melihat kenyataan seperti sekarang ini di
mana selalu terjadi peningkatan penderita kanker payudara, maka alangkah
baiknya apabila dilakukan antisipasi sebagai langkah untuk mencegah penyakit
kanker payudar tersebut. Kunci utama untuk dapat mengantisipasi penyakit kanker
payudara adalah dengan pencegahan dan mendeteksi sedini mungkin. Penyebab
kematian pada kebanyakan penderita penyakit kanker payudara dikarenakan
kurangnya kesadaran akan kesehatan, kurangnya gaya hidup sehat, kurangnya
perhatian terhadap gejala awal, dan tidak adanya upaya deteksi sedini mungkin.Pada
kebanyakan studi kasus yang sudah ada, penderita berkonsultasi dengan dokter hanya
pada saat penyakit sudah mencapai stadium tingkat lanjut. Padahal, hal ini
sangat berbahaya bagi penderita karena penyakit sudah mulai menyebar dan
berkembang di seluruh tubuh. Anggapan ini dipertegas oleh Widiya (2011) dalam
sari (2013) yang mengungkapkan bahwa penanganan penyakit kanker payudara sebenarnya
dipengaruhi oleh tingkat pemahaman, sikap dan perilaku yang sudah baik. Hal ini
dibuktikan dengan adanya penanganan penyakit kanker payudara di negara maju sudah
dapat diidentifikasi pada stadium awal sehingga pengobatannyadapat lebih
sempurna. Sedangkan di Indonesia serta negara-negara berkembang lainnya,
penanganan penyakit kanker payudara hanya dapat diketahui saat pasien telah
berada pada stadium lanjut sehingga penanganan sudah sulit dan kurang adanya
penanganan sehingga menyebabkan kematian.
Sumber : http://veherba.com/kenali-dan-deteksi-kanker-payudara-mulai-dini-dengan-6-cara-ini/
Sampai sekarang ini, belum ada langkah yang
cukup efektif dalam menangani penyakit kanker payudara namun yangbisa dilakukan
adalah mengantisipasi penyakit tersebut yaitu dengan pemeriksaan sederhana yang
dapat mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada payudara. Menurut
Melda (2008), antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan memeriksa payudara
sendiri atau disebut dengan istilah SADARI. SADARI merupakan salah satu langkah
deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif
jika dilakukan sedini mungkin dan ketika telah mencapai usia produksi. Fakta
menunjukkan, perilaku SADARI dapat mendeteksi penyakit kanker payudara secara
lebih dini (Erniyati, 2006). Jika saja pengetahuan akan gejala dan tanda-tanda
dapat diidentifikasi sedini mungkin, maka akan membuat tingkat kesembuhan
semakin tinggi. Hal ini sesuai rekomendasi dari American Cancer Society, yaitu
Wanita harus mengetahui bagaimana kondisi normal
payudaranya dan memeriksakan adanya perubahan pada payudaranya secara cepat
kepada pemberi layanan kesehatan. SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)
merupakan pemeriksaan yang murah dan mudah untuk mendeteksi kanker payudara.
Tujuan SADARI adalah apabila ditemukan perubahan atau kelainan pada payudara
dapat diperiksakan secara cepat kepada petugas kesehatan (Nugrahini, 2013).
Antisipasi penyakit kanker payudara
dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya pencegahan. Menurut
Sukardja (2000), pencegahan yang dapat dilakukan antara lain berupa pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primer pada kanker
payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dipraktikkan pada
orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan kontak karsinogen dan berbagai faktor risiko serta melaksanakan
pola hidup sehat karena hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh adanya karsinogen
yang ada di lingkungan hidup dan sebagian besar ada hubungan dengan tembakau.
Pencegahan kedua yang dapat dilakukan
adalah pencegahan sekunder. Nina (2002) dalam Hawari (2004) menyatakan bahwa pencegahan
sekunder dapat dilakukan pada individu yang memiliki risiko terkena penyakit
kanker payudara. Pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang lancar dan
normal, kemungkinan terkena penyakit kanker payudara sangat kecil (population
at risk). Pencegahan sekunder ini dilakukan dengan deteksi secara dini. Beberapa
metode deteksi dini terus mengalami peningkatan, diantaranya adalah dengan
melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan skrining melalui
mammografi. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimulkan bahwa
kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan SADARI
dibandingkan yang tidak.
Pencegahan terakhir (tersier) biasanya selalu
diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.
Penanganan inidisesuaikan dengan stadiumnya dan dapat mengurangi kecacatan serta
memperpanjang harapan hidup penderitanya. Pencegahan tersier ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan dapat berupa
operasi walaupun tidak terlalu berpengaruh terhadap ketahanan hidup penderita.
Bila kanker telah bermetastasis maka yang dilakukan adalah tindakan kemoterapi.
Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan
sangat diasarankan untuk melakukan pengobatan alternatif (Hawari, 2004).
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes. (2014). Menteri kesehatan canangkan
komitmen penanggulangan kanker di Indonesia. Diakses pada 25 Oktober 2015, dari
: http://www.depkes.go.id/article/view/15020400003/menkes-canangkan-komitmen-penanggulangan-kanker-di-indonesia.html
Depkes. (2014). Infodatin pusat data dan
informasi kementerian kesehatan RI. Diakses pada 25 Oktober 2015, dari: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf
Erniyati, Seniartika S. (2006). Perilaku
sadari wanita pedesaan dan wanita perkotaan.Abstrak. PSIK FK USU.
Gale, Danielle dan Charette, Jane. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Terjemahan
I Made Kariyasa. Jakarta: EGC.
Hawari, H.D. (1993). Kanker payudara dimensi
psikoreligi. Jakarta: FKUI.
Luwia, M. S. (2003). Problematik dan
perawatan payudara. Jakarta: Kawan Pustaka.
Melda S, Byba. (2008). Pengaruh health education
terhadap pengetahuan dan sikapwanita dewasa tentang sadari dalam upaya deteksi
dini Ca Mammae di Kediri. Abstrak, Kediri.
Nugrahini,
D. S. (2012). Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilakuSADARI padamahasiswa
ilmu keperawatan universitas padjadjaran. Diakses pada 14 November 2015, dari :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=103866&val=1378
Pemeriksaan payudara sendiri. Diakses pada 14
November 2015, dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-motiekkema-6126-4-babii.pdf
Rianti, Emi., Tirta, G.A., & Novita,
Henny. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko kanker payudara
wanita. Diakses pada 15 November 2015, dari :
http://poltekkesjakarta1.ac.id/read-el-fq-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-risiko-kanker-payudara-wanita
Sari, P.E. (2013). Gambaran pengetahuan remaja tentang
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada mahasiswa jurusan pendidikan bahasa
dan sastra Indonesia UPI angkatan 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia: Review
literatur. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1-5.
Saryono dan Roischa D.P. (2009). Perawatan
payudara. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.