Rabu, 28 Desember 2016

Penerapan Perilaku SADARI sebagai Langkah Antisipasi Kanker Payudara



          Penerapan Perilaku SADARI sebagai Langkah Antisipasi Kanker Payudara

sumber : https://waroengsehat.com/cegah-kanker-payudara/
Dijaman yang serba modern ini semakin banyak masyarakat yang kurang memperhatikan masalah kesehatan, baik darisegi kesehatan badan, makanan maupun lingkungan.Terutama para wanita yang hobi dengan travelingatau jalan-jalan, mengonsumsi  makanan fast food tidak sehat dan mengandung banyak bahan-bahan kimia berbahaya serta kurangnya gaya hidup sehat dan olahraga. Padahal kurangnya kepedulian tersebutdapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berbahaya yang bisa berujung pada kematian, salah satunya adalah penyakit kanker.
Menurut WHO (2009) dalam Depkes (2014), kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu definisikankersebagaitumbuhnya sel-sel baru secara tidak normal (abnormal) yang melampaui batas kenormalan dan dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses tersebut disebut metastasis dan metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita kanker terbanyak di dunia. Menurut Kementerian kesehatan menyatakan bahwa 12 juta orang di dunia setiap tahunnya menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Diperkirakan pula pada tahun 2030 keadaan tersebut dapat meningkat hingga 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker. Selain itu, peningkatan yang lebih cepat terjadi di negara miskin dan berkembang termasuk Indonesia (Depkes, 2014).Sedangkan menurut laporan dari Globocan (2012) dalam Depkes (2014)memperkirakan bahwa insidens kanker di Indonesia akan meningkat sebesar 134 per 100.000 penduduk. Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan  hasil  Riskesdas 2013 yang mendapatkan prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk.
Penyakit kanker adalah penyakit berbahaya yang dapat menjadi penyebab kematian utama bagi penderita. Menurut Gale dan Charette (2000), Penyakit kanker terdiri dari berbagai macam yaitu kanker paru, kanker genitourinarius, kanker ginekologis, kanker kulit, kanker otak, kanker payudara, dan lain sebagaianya. Namun yang menjadi pokok permasalahan sejumlah orang di dunia saat ini adalah jumlah penderita kanker payudara yang menunjukkanpeningkatan secara drastisdan menyebar terutama pada kaum perempuan dengan rentan usia sangat muda hingga sangat tua.
Penyakit kanker payudara dapat disebabkan oleh berbagai faktor meliputi faktor imun, kimia, virus, hormonal, mutasi, hereditas dan radiasi. Penyebab kanker payudara dilihat dari faktor genetik antara lain, jenis kelamin, usia senja, riwayat dalam keluarga, ras, masa menstruasi dan reprodusi, perubahan gen, dan kepadatan payudara. Sedangkan peyebab dari faktor lingkungan dan gaya hidup antara lain adanya radiasi, kelebihan berat badan, implan payudara, mengonsumsi alkohol, dan melakukan terapi penggantian hormon (Hormon Replacement Therapy) (Rianti, Tirtawati, & Novita, 2012).
Kanker payudara adalah jenis kanker ganas penyebab kematian yang penderitanya didominasi oleh wanitadengan tidak pandang usia, bisa sangat muda bahkan tua. Menurut Gale dan Charette (2000) menegaskan bahwa fase awal kanker payudara yaitu asimtomatik (tanpa ada gejala dan tanda). Tanda atau gejala paling umum yaitu munculnya benjolan atau penebalan pada payudara, kulit cekung (lesung), retraksi atau devisi puting susudan nyeri tekan ataurabas yaitu mengakibatkan pendarahan pada puting. Kulit Peau d’orange, kulit tebal dengan pori-pori menonjol dengan kulit berwarna seperti jeruk dan ulserasi pada payudara merupakan tanda lanjut dari penyakit kanker payudara. Keterlibatan nodul akan memungkinkan terjadinya pembesaran nodus limfa aksilaris atau supraklavikula akan teraba di daerah leher. Tanda dan gejala dari metastase yang luas meliputi nyeri pada bahu, punggung bagian bawah atau  pelvis, batuk menetap, anoreksia atau berat badan menurun, gangguan pencernaan, penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala.
Penderita kanker payudara di Indonesia setiap tahun diperkirakan akan terus meningkat 100 penderita baru per 100.000 penduduk (Depkes, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa dari 237 juta penduduk, ada sekitar 237.000 penderita kanker baru setiap tahunnya. Sejalan dengan hal tersebut, data empiris juga menunjukkan bahwa kematian akibat kanker dari tahun ke tahun terus meningkat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, sekitar 5,7 % kematian semua umur disebabkan oleh kanker terutama kanker ganas.
Menurut Park (2008), penderita penyakit kanker payudara di negara-negara Asia termasuk Indonesia cenderung lebih muda dari negara-negara lain. Hal ini sesuai dengan Data Globocan (2012)dalam Depkes (2014) yangmenyebutkan bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus tertinggi yaitu 43,3 % dan persentase yang mengakibatkan kematian sebesar 12,9 %. Selain itu, berdasarkan data provinsi tahun 2013, prevalensi dan estimasi jumlah penderita kanker payudara pada perempuan yaitu di Aceh sebesar 0,8 % (1869 orang), Jawa Tengah 0,7 % (11.511 orang), Jawa Barat 0,3% (6701 orang), DIY 2,4 % (4325 orang), Jawa Timur 0,5 % (9688 orang), dan Bali 0,6 % (1233 orang). Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara nasional Provinsi D.I.Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakitkanker, yaitu sebesar 4,1‰, sedangkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan ProvinsiJawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang.
Di berbagai rumah sakit di Indonesia, pasien dengan keluhan penyakit kanker payudara masih mendominasi bahkan berada di posisi pertama. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) mengungkapkan bahwa persentase pasien dengan penyakit kanker payudara di rumah sakit seluruh Indonesia berada pada posisi pertama yaitu sebesar 16,85% dan disusul dengan posisi kedua yaitu kanker serviks (leher rahim) sebesar 11,78% (YKI, 2012). Melihat data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kanker payudara merupakan salah satu penyakit berbahaya yang harus selalu diwaspadai, dicegah dan merupakan masalah besar yang harus segera dicari solusinya dan diantisipasi sedini mungkin. WHO (2009) dalam Nugrahini (2013) mengungkapkan bahwa 43% kanker sebenarnya dapat dicegah. Kanker sebenarnya dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup karena dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat dan menjauhkan diri dari faktor risiko terserang kanker. Terjadinya penyakit kanker terkait dengan beberapa faktor risiko, seperti kebiasaan merokok, menjadi perokok pasif, kebiasaan minum alkohol, kegemukan, pola makan yang tidak sehat, perempuan yang tidak menyusui, dan perempuan melahirkan di atas usia 35 tahun.
Melihat kenyataan seperti sekarang ini di mana selalu terjadi peningkatan penderita kanker payudara, maka alangkah baiknya apabila dilakukan antisipasi sebagai langkah untuk mencegah penyakit kanker payudar tersebut. Kunci utama untuk dapat mengantisipasi penyakit kanker payudara adalah dengan pencegahan dan mendeteksi sedini mungkin. Penyebab kematian pada kebanyakan penderita penyakit kanker payudara dikarenakan kurangnya kesadaran akan kesehatan, kurangnya gaya hidup sehat, kurangnya perhatian terhadap gejala awal, dan tidak adanya upaya deteksi sedini mungkin.Pada kebanyakan studi kasus yang sudah ada, penderita berkonsultasi dengan dokter hanya pada saat penyakit sudah mencapai stadium tingkat lanjut. Padahal, hal ini sangat berbahaya bagi penderita karena penyakit sudah mulai menyebar dan berkembang di seluruh tubuh. Anggapan ini dipertegas oleh Widiya (2011) dalam sari (2013) yang mengungkapkan bahwa penanganan penyakit kanker payudara sebenarnya dipengaruhi oleh tingkat pemahaman, sikap dan perilaku yang sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya penanganan penyakit kanker payudara di negara maju sudah dapat diidentifikasi pada stadium awal sehingga pengobatannyadapat lebih sempurna. Sedangkan di Indonesia serta negara-negara berkembang lainnya, penanganan penyakit kanker payudara hanya dapat diketahui saat pasien telah berada pada stadium lanjut sehingga penanganan sudah sulit dan kurang adanya penanganan sehingga menyebabkan kematian.
Sumber : http://veherba.com/kenali-dan-deteksi-kanker-payudara-mulai-dini-dengan-6-cara-ini/
Sampai sekarang ini, belum ada langkah yang cukup efektif dalam menangani penyakit kanker payudara namun yangbisa dilakukan adalah mengantisipasi penyakit tersebut yaitu dengan pemeriksaan sederhana yang dapat mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada payudara. Menurut Melda (2008), antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan memeriksa payudara sendiri atau disebut dengan istilah SADARI. SADARI merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin dan ketika telah mencapai usia produksi. Fakta menunjukkan, perilaku SADARI dapat mendeteksi penyakit kanker payudara secara lebih dini (Erniyati, 2006). Jika saja pengetahuan akan gejala dan tanda-tanda dapat diidentifikasi sedini mungkin, maka akan membuat tingkat kesembuhan semakin tinggi. Hal ini sesuai rekomendasi dari American Cancer Society, yaitu
Wanita harus mengetahui bagaimana kondisi normal payudaranya dan memeriksakan adanya perubahan pada payudaranya secara cepat kepada pemberi layanan kesehatan. SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) merupakan pemeriksaan yang murah dan mudah untuk mendeteksi kanker payudara. Tujuan SADARI adalah apabila ditemukan perubahan atau kelainan pada payudara dapat diperiksakan secara cepat kepada petugas kesehatan (Nugrahini, 2013).
Antisipasi penyakit kanker payudara dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya pencegahan. Menurut Sukardja (2000), pencegahan yang dapat dilakukan antara lain berupa pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dipraktikkan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan kontak karsinogen dan berbagai faktor risiko serta melaksanakan pola hidup sehat karena hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh adanya karsinogen yang ada di lingkungan hidup dan sebagian besar ada hubungan dengan tembakau.
Pencegahan kedua yang dapat dilakukan adalah pencegahan sekunder. Nina (2002) dalam Hawari (2004) menyatakan bahwa pencegahan sekunder dapat dilakukan pada individu yang memiliki risiko terkena penyakit kanker payudara. Pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang lancar dan normal, kemungkinan terkena penyakit kanker payudara sangat kecil (population at risk). Pencegahan sekunder ini dilakukan dengan deteksi secara dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami peningkatan, diantaranya adalah dengan melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan skrining melalui mammografi. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimulkan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan SADARI dibandingkan yang tidak.
Pencegahan terakhir (tersier) biasanya selalu diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan inidisesuaikan dengan stadiumnya dan dapat mengurangi kecacatan serta memperpanjang harapan hidup penderitanya. Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan dapat berupa operasi walaupun tidak terlalu berpengaruh terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah bermetastasis maka yang dilakukan adalah tindakan kemoterapi. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan sangat diasarankan untuk melakukan pengobatan alternatif (Hawari, 2004).


DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2014). Menteri kesehatan canangkan komitmen penanggulangan kanker di Indonesia. Diakses pada 25 Oktober 2015, dari : http://www.depkes.go.id/article/view/15020400003/menkes-canangkan-komitmen-penanggulangan-kanker-di-indonesia.html
Depkes. (2014). Infodatin pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI. Diakses pada 25 Oktober 2015, dari:  http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf
Erniyati, Seniartika S. (2006). Perilaku sadari wanita pedesaan dan wanita perkotaan.Abstrak. PSIK FK USU.
Gale, Danielle dan Charette, Jane. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Terjemahan I Made Kariyasa. Jakarta: EGC.
Hawari, H.D. (1993). Kanker payudara dimensi psikoreligi. Jakarta: FKUI.
Luwia, M. S. (2003). Problematik dan perawatan payudara. Jakarta: Kawan Pustaka.
Melda S, Byba. (2008). Pengaruh health education terhadap pengetahuan dan sikapwanita dewasa tentang sadari dalam upaya deteksi dini Ca Mammae di Kediri. Abstrak, Kediri.

Nugrahini, D. S. (2012). Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilakuSADARI padamahasiswa ilmu keperawatan universitas padjadjaran. Diakses pada 14 November 2015, dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=103866&val=1378
Pemeriksaan payudara sendiri. Diakses pada 14 November 2015, dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-motiekkema-6126-4-babii.pdf
Rianti, Emi., Tirta, G.A., & Novita, Henny. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko kanker payudara wanita. Diakses pada 15 November 2015, dari : http://poltekkesjakarta1.ac.id/read-el-fq-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-risiko-kanker-payudara-wanita
Sari, P.E. (2013). Gambaran pengetahuan remaja tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia UPI angkatan 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia: Review literatur. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1-5.
Saryono dan Roischa D.P. (2009). Perawatan payudara. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.