Kasus:
An. A (7 tahun) baru saja
didiagnosis leukimia dan harus menjalani perawatan di ruang khusus. Selama
perawatan klien ditempatkan dalam ruang khusus dengan pembatasan kunjungan
untuk menghindari kemungkinan kontaminasi (infeksi). Sehari setelah dirawat di
ruang tersebut, An. A mudah menangis dan sering merengek meminta pulang. Di RS
tersebut juga terdapat beberapa pasien anak lain yang juga dirawat dengan
diagnosis yang sama.
A.
Jenis
gangguan persepsi, sensori, kognitif yang dialami oleh pasien atau klien pada
kasus di atas
Pada
kasus tersebut pasien mengalami gangguan rasa nyaman. Dalam konteks ini pasien
dapat digolongkan terkena gangguan deprivasi sensori karena memiliki
karakteristik yang termasuk dalam deprivasi sensori.
Deprivasi sensori secara umum
dianggap sebagai penurunan atau kurangnya stimulus yang bermakna. Ketika
individu mengalami deprivasi sensori, keseimbangan pada sistem pembangkit
retikular terganggu. Sistem ini tidak mampu mempertahankan stimulasi normal ke
korteks serebri. Akibat penurunan stimulus ini individu menjadi lebih waspada
secara akut terhadap stimulus sisa dan sering kali menilai stimulus tersebut
dalam cara yang menyimpang. Oleh karena itu, individu sering kali
mengalami gangguan persepsi, kognisi, dan emosi. (Kozier, 2010)
Tanda-tanda klinis deprivasi
sensori (Kozier, 2010):
1.
Sering
menguap, mengantuk dan tidur
2.
Penurunan
rentang perhatian, sulit konsentrasi, penurunan kemampuan memecahkan masalah
3.
Gangguan
memori
4.
Disorientasi
periodik, konfusi umum, konfusi nokturnal
5.
Sering
mendapat keluhan somatik, seperti palpitasi (perabaan)
6.
Halusinasi
7.
Menangis,
terganggu dengan masalah kecil, depresi
8.
Apatis,
emosi labil
B. Analisa
An. A mengalami
gangguan rasa nyaman setelah didiagnosa menderita leukimia dan harus dirawat di
ruang isolasi di mana kunjungan untuk pasien juga dibatasi. Gangguan rasa
nyaman ini ditunjukkan oleh pasien dengan pasien yang terus manangis dan
merengek. Dengan adanya gangguan rasa nyaman,
pasien tidak ingin berinteraksi dengan pasien lain di lingkungan barunya
(ruang isolasi).
C. Definisi
Gangguan rasa
nyaman yaitu merasa kurang nyaman, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan, budaya, dan/atau sosial. (NANDA, 2015)
D. Batasan Karakteristik (NANDA,
2015)
1.
Menangis
2.
Merasa tidak nyaman
3.
Takut
E. Intervensi yang dapat dilakukan (Bulechek,
2013)
1.
Memperlihatkan empati, kehangatan dan
ketulusan.
2.
Dengan tenang, malakukan pendekatan yang
meyakinkan untuk membangun hubungan saling percaya.
3.
Tinggal dengan pasien untuk meningkatkan
rasa aman dan mengurangi rasa takut pasien.
4.
Berbicara dengan halus atau menyanyi
unruk pasien anak-anak.
5.
Memfasilitasi perasaan pasien dengan
cara yang konstruktif.
6.
Mendorong keluarga untuk tinggal bersama
paien walau tidak selalu pada satu ruangan. Membuat pasien merasa bahwa dia
tetap bersama keluarganya.
F.
Outcome
(Moorhead,
Sue, 2013)
1. Pasien
dapat menerima keadaan di mana dia harus di rawat di rumah sakit.
2. Pasien
tetap bisa behubungan dengan orang tua.
3. Pasien
mendukung semua prosedur pengobatan.
4. Berpartisipasi
dalam interaksi sosial.
5. Berinteraksi
dengan teman sebaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar